WELCOME TO BLOG ELYSA ANDELANY

Sabtu, 26 Februari 2011

DEMOKRATISASI EKONOMI, PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN KEPENDUDUKAN

Bicara tentang demokrasi ekonomi, Pemerataan dan pertumbuhan, serta proyeksinya jauh kedepan dalam konteks pembangunan jangka panjang, ibaratnya kita menelusuri rimba tak berpangkal dan tak berujung.
Demokrasi mengandung nilai-nilai universal seperti halnya hak mengemukakan pendapat, hak untuk berbeda pemikiran, keterbukaan, rasa keadilan, rasa aman,dan sebagainya.

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan. Logika seperti itu secara makro digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.

Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang sebagai masalah kependudukan, dan treatment terhadapnya dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari target atau sasaran di awal program keluarga berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi separuhnya sebelum tahun 2000. Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila program keluarga berencana di Indonesia lebih diwarnai oleh target-target kuantitatif. Dari sisi ini tidak dapat diragukan lagi keberhasilannya.

Sejalan dengan aspirasi masyarakat yang terus meningkat, tuntutan didalam negeri untuk hal-hal yang bersifat kualitatif dan nonekonomi merupakan tantangan yang makin memerlukan perhatian serius.
dalam beberapa tahun ini beberapa permasalahan pokok, kemiskinan dan pemerataan terdapat kecenderungan berupa meningkatnya persepsi masyarakat yang melihat adanya hubungan yang tidak searah antara keberhasilan perkembangan makroekonomi dengan unsur pemerataan.

Sekaranglah waktunya untuk mengevaluasi masa lalu untuk menatap kehari depan yang lebih cerah demi mengupayakan pembangunan dengan basis yang kokoh dan berkesinambungan
mengingat bahwa sumber yang kita miliki secara melimpah, namun tenaga kerja di indonesia tidak terampil karena ( 74 persen dari total angkatan kerja indonesia hanya tamatan SD, tidak tamat SD dan tidak pernah sekolah sama sekali, atau 84 persen jika ditambahkan tamatan SLTA)


Sumber :
Faisal Basri
mangkutak.wordpress.com/.../masalah-kependudukan