Landasan filosofi pendekatan kontekstual
adalah kontruktivisme, yaitu filisofi belajar yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal tetapi mengkonstruksikan atau membangun
pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka
alami dalam kehidupannya (Masnur 2007:41). Tiap orang harus mengkontruksi
pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu
proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang
ingin tahu amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak
dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang ( Paul S 1996:29 ).
Depdiknas
(2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni: (1)
kontruktivisme (Constuctivism), (2) bertanya (Questioning), (3)
menemukan (Inquiri), (4) masyarakat belajar (Learning Community), (5)
permodelan (Modeling), (6) Refleksi (Reflection), (7)
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Jonhson
(2007:67) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran konstekstual atau CTL (Contextual
Teaching and Learning) adalah sebuah proses pendidikan yang menolong para
siswa melihat makna dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan
seharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, social, dan budaya mereka. Untuk
mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: (1)
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang
berarti, (3) melakukan pekerjaan yang diatur sendiri, (4) melakukan kerja sama,
(5) berfikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, (8) menggunakan penilaian
autentik.
Pendekatan
kontektual atau Contextual Teching and Learning, Wina (2005:109)
menjelaskan, suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
1. Makna Kontekstual
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Keempat, yang dimaksud konteks adalah bagian suatu
uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna.
Menurut Susilo yang dimaksud dengan konteks adalah segenap informasi yang
berada disekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang
ada disekitarnya (Preston, 1984:12).
Sarwiji (2008:71)
memaparkan bahwa makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning)
muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran
dipakai. Beliau juga berpendapat
bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya
(2008:72). Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahwa makna
kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni
tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).
Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna
kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada
suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna,
yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata
tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi,
tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya, penggunaan makna kontekstual adalah
terdapat pada kalimat berikut.
a. Kaki
adik terluka karena menginjak pecahan kaca.
b. Nenek mencari
kayu bakar di kaki gunung.
c. Pensilku
terjepit di kaki meja.
d. Jempol kakinya
bernanah karena luka infeksi.
Penggunaan kata kaki pada kalimat diatas, bila
ditilik pada konteks kalimatnya memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (a),
kata kaki berarti ‘alat gerak bagian bawah pada tubuh makhluk hidup’. Sedangkan
pada kalimat (b), kata kaki disana memiliki arti ‘bagian bawah dari sebuah
tempat’. Untuk kalimat (c), kata kaki merupakan ‘bagian bawah dari sebuah
benda’. Berbeda dengan kalimat (d), kata kaki disana memiliki makna ‘bagian
dari alat gerak bagian bawah makhluk hidup’. Kata kaki pada hakikatnya,
mengandung maksud bagian terbawah dari sebuah objek. Tetapi, dalam penggunaa
kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman dalam pengartian kata kaki.
2. Makna
Konseptual
a. Makna
Konseptual
Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengunkapkan yang dimaksud dengan konsep adalah rancangan; ide atau
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari
objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal
budi untuk memahami hal-hal lain. Konseptual diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan konsep. Chaer juga menuliskan dalam bukunya makna konseptual
yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau
asosiasi apapun .
Dapat dikatakan pula
bahwa, makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk
pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual juga disebut dengan makna yang
terdapat dalam kamus. Contoh dari makna konseptual adalah kata ‘ibu’ yakni
‘manusia berjenis kelamin perempuan dan telah dewasa’.
Makna konseptual
sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi
unsurnya. Contohnya pada kata atau leksem demokrasi. Leksem tersebut
dapat diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi
terpimpin, dan demokrasi pancasila, maka makna konseptual tersebut
akan berubah.
b. Makna
Konseptual Sama Dengan Makna Denotatif
Makna konseptual
bisa disebut makna denotatif, yaitu makna kata yang masih merujuk pada acuan
dasarnya sesuai dengan konvensi bersama. Makna denotatif adalah makna yang
terkandung dalam sebuah kata atau leksem yang diartikan secara lugas, polos,
asli, apa adanya, sebenarnya dan masih mengacu pada satu sumber atau konvensi
bersama. Dengan begitu makna denotatif merupakan makna dasar.
Contoh makna
denotatif sebenarnya sama dengan makna konseptual tadi. Namun, untuk lebih
jelasnya yang termasuk contoh makna denotatif adalah ‘bunga’ diartikan sebagai
‘bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat reproduksi atau berkembang biak’.
c. Makna
Konseptual Sama Dengan Makna Referensial
Makna refensial adalah
makna sebuah kata atau leksem kalau ada refernsnya, atau acuannya. Jadi, sebuah
kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau
acuannya. Referens merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa.
Setaningyan mencontohkan kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah
termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia
nyata.
Referensi menunjuk
hubungan antara elemen-elemen linguistik dan dunia pengalaman di luar bahasa . Sehingga
harus ada acuannya di dalam dunia nyata ini. Contoh dari makna referensial ini
sama dengan makna konseptual dan makna denotatif, karena artinya pun sama,
yaitu pada kata ‘pensil’ yang berarti ‘alat yang digunakan untuk menulis dan
dapat dihapus dengan karet penghapus’.
d. Makna
Konseptual Sama Dengan Makna Leksikal
Makna leksikal
merupakan kata yang bersifat dasar, hubungan gramatika dan belum mengalami
konotasi yang mengacu pada sebuah lambang kebahasaan. Makna leksikal adalah makna
yang bersifat lugas dan merupakan makna yang sebenar-benarnya. Dalam makna ini,
sebuah kata masih murni dan belum menyiratkan makna-makna lain. Makna leksikal
juga lebih dikenal dengan makna yang berada dalam kamus dan mengacu pada makna
yang disepakati bersama.
Sama halnya dengan
makna-makna sebelumnya yaitu, makna konseptual, makna denotatif, dan makna
leksikal, makna leksikal memiliki contoh kata yang berdiri sendiri. Contoh
tersebut adalah ‘buaya’ yang berarti ‘binatang melata karnivora purba yang
hidup di air dan memiliki sisik tajam’. Arti kata itu berlaku pada kalimat
berikut ‘Adik melihat penangkapan buaya di pinggir sungai’. Tidak berlaku pada
kalimat berikut ‘Lelaki itu terkenal dengan sebutan lelaki buaya dikalangan
wanita”. Pada kalimat kedua, kata buaya bukan lagi sebagai makna leksikal,
konseptual, denotatif maupun makna referensial.
Dari beberapa
uraian diatas mengandung maksud bahwa makna konseptual adalah makna yang
sebenarnya, asli, polos, lugas, tidak tergantung pada konteks, masih merujuk
pada acuan dasar sebuah kata. Makna konseptual secara gampang dijelaskan
sebagai makna yang ada didalam kamus. Makna konseptual juga berarti makna
denotatif, makna referensial, dan makna leksikal.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar